Batik 3 Negeri Jadi Tema Hari Ibu di Perth-Australia

author Aribowo

- Pewarta

Jumat, 24 Des 2021 01:48 WIB

Batik 3 Negeri Jadi Tema Hari Ibu di Perth-Australia

i

Batik 3 Negeri Jadi Tema Hari Ibu di Perth-Australia

Optika.id. Perth-Australia. Bangsa Indonesia menganggap Hari Ibu, 22 Desember, sebagai hari spesial dan penting. Hari Ibu dianggap sebagai simbol perjuangan perempuan Indonesia. Karena itu semua warga negara Indonesia, baik di dalam negeri maupun luar negeri, merasa terpanggil untuk merayakannya. 

Lolita Larasati Hall, pemerhati dan pecinta wastra Indonesia di Perth, Australia, bersama warga negara  Indonesia lainnya yang tinggal di Perth, Australia Barat, memperingati Hari Ibu dengan tema Kelana Batik 3 Negeri. Menurut Hall, tema itu diangkat untuk menghormati batik sebagai karya budaya Indonesia, utamanya peranan perempuan dalam memproduksi batik.

Acara peringatan Hari Ibu di Perth itu didukung oleh Dharma Wanita Persatuan KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Perth dan Diaspora IDN-WA (Indonesia-West Australia). Yang menarik peringatan Hari Ibu di Perth itu dirayakan dengan nuansa budaya Peranakan Cina  Indonesia.

Batik 3 Negeri

Hartono Sumarsono, kolektor batik di Jakarta, merupakan nara sumber tunggal tentang kisah Batik 3 Negeri itu. Sumarsono tampil mengesankan dengan berbagai virtual yang menarik. Ibu ibu tampak antusias mengikuti ceramah tersebut. Banyak yang bertanya dan ingin tahu tentang kisah Batik 3 Negeri, urai Hall.

[caption id="attachment_11181" align="alignnone" width="300"] Batik 3 Negeri[/caption]

Menurut Sumarsono Batik 3 negeri, bermula dari Solo, mempunyai mitos khusus. mitosnya di buat di 3 lokasi. Warna merah di buat di kota Lasem, warna biru di Pekalongan dan warna soga/coklat di buat di Solo, tuturnya dengan telaten.

Lebih lanjut Sumarsono mengisahkan bahwa setelah di telusuri ternyata hanya dibuat di 2 kota Solo dan Lasem. Batik ini diberi nama Batik 3 Negeri ini karena sang pembuat keluarga Tjoa Giok Tjiam (1910). Tjiam terinspirasi oleh cerita Cina klasik  Pendekar 3 Negeri. Diharapkan Batik ini akan sekuat Pendekar dari Cina tersebut. Sayangnya, batik yang telah dibuat selama 3 generasi ini akhirnya tidak berproduksi lagi pada tahun 2014.

Suasana Afternoon Tea

Acara dibuka dengan penampilan Suhu Chi-kung (Qi Gong) Alex Liem yang menampilkan tehnik pernafasan tenaga dalam untuk kesehatan dan penyembuhan. Dilanjutkan dengan foto Bersama. Lagu Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki pun dikumandangkan.

Berbagai tarian juga diperagakan, antara lain tarian Selamat Datang Ronggeng Manis. Tarian ini mengungkapkan rasa kegembiraan remaja putri Betawi. Tarian ini merupakan akulturasi dari budaya Betawi, Arab dan Cina klasik. 

Peringatan Hari Ibu itu dibungkus dengan suasana Afternoon Tea yang akrab, santai, dan informatif. Suasana tradisi peranakan Cina mewarnai acara tersebut. Ibu ibu yang hadir berbusana kebaya. Ada sajian kue-kue peranakan, seperti  kue mangkok, kue Ku, kue lumpang dan kue lapis yang merupakan simbol kesempurnaan hidup.

[caption id="attachment_11182" align="alignnone" width="300"] Suasana Afternoon Tea[/caption]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peringatan ini sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan perempuan Indonesia. Karena itu kami menganggap penting sekali, urai Hall lebih lanjut.

Menurut Hall, setelah sesi informasi mengenai sejarah Batik 3 Negeri, ditampilkan pula peragaan 30 kain panjang batik 3 negeri koleksi pribadi Lolita Hall. Peragakan batik itu dilakukan oleh ibu ibu dari berbagai kalangan pecinta wastra yang berada di Perth. Menurut Hall, satu persatu motif batik koleksi pribadinya di peragakan. 

Dihadiri Konsul Jenderal

Acara peringatan Hari Ibu di kota Perth ini juga di hadiri oleh Konsul Jenderal yg baru bertugas di Perth yakni Listiana Operananta. Sebelum bertugas di Perth Listi, sapaan akrabnya, beliau menjabat sebagai Direktur Media dan Informasi di Departemen Luar Negeri Jakarta. Hadir juga dalam acara itu Udaya Halim, pendiri Museum Benteng Heritage dan yang berada di Tangerang. Acara itu diramaikan oleh ibu ibu pecinta wastra di Perth. Jubaidi Anwar, Juga hadir Presiden Diaspora IDN-WA, ibu Astit Ozlowy pendiri PIC Perth Indonesian Community, dan Bramante Perkasa sebagai Pak Lurah Arek Jatim di Perth.

Menurut Hall esensi acara ini adalah agar warga Indonesia yang tinggal di luar negeri tidak melupakan warisan luhur bangsa dan bahkan akan lebih tertarik untuk mempelajari dan makin mencintai budaya bangsa.

Editor: Aribowo

Tulisan: Tim Perth-Australia

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU