Banyak Anak Putus Sekolah, Benarkah Sistem Pendidikan Tak Lagi Relevan?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Kamis, 11 Agu 2022 19:27 WIB

Banyak Anak Putus Sekolah, Benarkah Sistem Pendidikan Tak Lagi Relevan?

i

open-book-ga95f9432f_1920

Optika.id - Sisa-sisa dari fenomena Citayam Fashion Week masih menjadi fenomena urban yang menarik untuk dibincangkan publik. Fenomena ini tidak lepas dari figur anak muda yang mulai dikenal publik di sana seperti Kurma, Bonge, Jeje dan Roy, serta anak-anak lainnya. Eksistensi mendadak mega bintang CFW ini membuka latar belakang mereka sebagai anak-anak putus sekolah.

Mengetahui hal tersebut, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, beberapa waktu yang lalu berinisiatif menawarkan beasiswa untuk Bonge cs, termasuk Roy.

Baca Juga: Banyak Kasus Bullying di Sekolah, FSGI Tagih Peran Dinas Pendidikan

Ironisnya, Roy menolak beasiswa dari Sandi tersebut. Roy, dalam chanel Youtube milik Sandiaga Uno, menjelaskan jika alasannya menolak beasiswa tersebut sebab dirinya lebih membutuhkan uang sehingga dirinya fokus membuat konten.

Padahal, diketahui jika Roy putus sekolah kala duduk di bangku SMP. Sebab biaya sekolahnya kala itu digunakan untuk pengobatan ibunya yang sedang sakit. Roy merasa, beasiswa dari Sandi ini dia tolak sebab saat ini merupakan momen ketenaran baginya.

Bagi Roy, hal tersebut merupakan kesempatan emas untuk mengembangkan kemampuannya serta mendulang pundi-pundi rupiah.

Dalam hal ini, Doni Koesoema selaku pengamat pendidikan menilai jika kegiatan yang menghasilkan uang masih menjadi prioritas saat ini. Meski kini kondisi keuangan Roy jauh lebih baik, bahkan mendapatkan tawaran pendidikan secara gratis, Roy tetap enggan kembali ke bangku sekolah.

Bagi Doni, Roy merupakan contoh satu dari sekian banyak anak-anak putus sekolah yang memutuskan tidak lagi melanjutkan pendidikan meski masalah utamanya (ekonomi) sudah teratasi. Salah satu penyebabnya karena anak-anak tersebut merasa sistem belajar formal di sekolah tidak lagi cocok dan relevan dengan minat serta kebutuhan mereka.

Bagi mereka, proses belajar di ruang kelas yang terbatas membuat mereka tidak bisa mengekspresikan apa yang mereka mau atau tuju. Mungkin saja di sekolah mereka jadi kehilangan kesempatan membuat konten yang menurut mereka bermakna, ujar Doni, dikutip dalam acara Diskusi Virtual, Kamis (11/8/2022).

Sistem pembelajaran formal, sambung Doni, dengan kurikulum yang harus diikuti sama rata oleh semua siswa kurang relevan dengan kebutuhan zaman. Saat ini, penting untuk memahami kebutuhan pendidikan anak sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian, Doni menilai jika anak bisa mengembangkan kemampuannya secara baik.

Tak hanya itu, pembelajaran juga tidak harus linear, melainkan bisa di mana serta bagaimana. Sehingga, Doni menilai jika nanti untuk mencerdaskan bangsa, tenaga kependidikan serta pemerintah harus melihat apakah pendidikan formal masih relevan untuk anak-anak atau tidak.

Baca Juga: Dukung 17 Program Prioritas, Pemkab Sidoarjo Buka Beasiswa Pendidikan Hingga 31 Maret 2023

Doni pun menambahkan bahwa pendidikan formal membuat kesan keterpaksaan karena mereka diharuskan masuk ke sana, padahal seharusnya tidak harus begitu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemerintah Diminta Data Anak Putus Sekolah

Doni juga menyoroti peran pemerintah di sektor pendidikan, terutama di daerah yang terkesan abai terhadap anak-anak putus sekolah seperti anak muda di Citayam Fashion Week. Hal terpenting ialah pemerintah daerah harus lebih aktif dalam mendeteksi serta mendata anak-anak yang putus sekolah.

Pendataan itu penting supaya kita tahu ini anak-anak putus sekolah, rumahnya di mana apa yang mereka lakukan, sehingga kita bisa memberikan tawaran-tawaran pembelajaran yang cocok untuk mereka, ujar Doni.

Di sisi lain, pemerintah juga bisa memperbanyak pelatihan pengembangan bakat dan minat anak-anak tersebut, sheingga mereka mampu menghasilkan uang dengan cara yang baik dan berkelanjutan.

Baca Juga: Dinas Pendidikan Kota Blitar Bagikan Ribuan Seragam Gratis Untuk Siswa

Fenomena ini, kata Doni, seharusnya bisa membuka mata berbagai pihak dalam melihat dari sudut pandang mereka. Anak-anak tersebut mempunyai potensi serta intuisi, seperti membaca kebutuhan pangsa pasar media sosial. Akan tetapi, mereka tentunya butuh mentoring dan pelatihan.

Doni mengatakan, Jakarta yang memiliki anggaran besar untuk pendidikan ditambah dukungan dari Kemparekraf dinilai bisa memberikan pendidikan yang lebih terbuka. Setelah mereka terdidik dengan benar, pada akhirnya ekonomi kreatif juga yang akan bertumbuh.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU