Bali dalam Getaran Pandemi Covid 19

author Aribowo

- Pewarta

Jumat, 24 Des 2021 05:55 WIB

Bali dalam Getaran Pandemi Covid 19

i

Untitled-2

[caption id="attachment_11219" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Agus Suharyanto (Pimpinan Bank Swasta)[/caption]

Optika.id. Bali. Menjadi turis domestik dan mencoba merasakan langsung getaran denyut optimisme akhir tahun pada 3 daerah jujugan wisata di Bali.

Baca Juga: Kalahkan London dan Paris, Bali Jadi Tempat Destinasi Wisata Terpopuler

Getaran 1

Selamat siang , sapa si ibu yang kemudian ternyata adalah penanggung jawab hotel bintang dua di kawasan Jimbaran.

Siang, Jawabku , sambil melihat sekeliling yang nampak sepi dan kolam renang sedikit kurang terawat . Keinginan observasi , merupakan niat sejak awal melihat langsung efek pandemi pada pariwisata , khususnya Bali yang kebetulan berkesempatan ke sini di awal Desember.

Anda satu satunya tamu di hotel kami, Info si Ibu. Oh, begitukah. Menurutnya ,occupancy rate yang sangat rendah di hotel ini berlangsung lama sejak pandemi, makin menekan pada tahun kedua. Covid 19 ternyata memukul telak, langsung ke jantung pertahanan hotel ini.

Pilihan ke hotel ini , berdasarkan histori kesan pengunjung pada aplikasi travel, hotel ini recommended selain layanannya dan lokasinya pula yang bagus karena relatif dekat dengan wisata makan seafood pinggir pantai yang kesohor itu. Pantai Jimbaran. Apakah karena saya satu-satunya tamu, maka layanan jadi sekedarnya?

Ternyata tidak . Crew hotel menunjukkan layanan yang bagus. Kamar rapi , AC dingin, lokasi kamar bagus, view jendela kolam renang hanya 3 meter. Apalagi yang anda inginkan saat liburan? Makan pagi tetap disediakan dengan menu pilihan utama sarapan nusantara : mie goreng/nasi goreng yang bisa dipesan didepan. Satu yang kurang, tidak ada tamu lain dan remang kala malam.

Apakah ikon wisata kuliner sea food juga sepi? pertanyaan ini juga melintas.Tiba sore saat gerimis, Ternyata lumayan ramai pengunjung dan saat masuk gerbang lokasi bareng pula rombongan komunitas sedan BMW memasuki area. Semarak. Memasuki area pinggir pantai, kursi sudah ditata rapi berderet panjang.

Berdasarkan info waitress dan si pemilik resto kondisi bulan ini mengalami peningkatan kunjungan wisatawan, khususnya domestik. Sayang karena hujan dan angin makin kencang , tidak bisa menikmati hidangan di pinggir pantai yang cozy. Tamu masuk ke ruang restoran, meneruskan makannya sambil memandangi hujan. Deras. Di balik itu ada kepuasan dari pengunjung dan stake holder yang menggerakan ekonomi daerah.

Menggeliatnya bisnis di Bali di penghujung tahun 2021 di harapkan berkontribusi mengurangi kontraksi ekonomi Bali seperti pada Laporan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bali atas Pertumbuhan Ekonomi Bali triwulan III-2021 yang tercatat 4,08 persen dibandingkan capaian triwulan II-2021 ( q-to-q)

Getaran 2

Hari kedua bergeser ke lokasi yang terkenal dengan pasir putih dengan ombak yang relatif tenang.Nusa dua.Pas saat itu berlangsung event badminton tingkat dunia di salah satu hotel bintang 5. Harapan ikut memberi support untuk team Indonesia tidak kesampaian karena arena tertutup dan dijaga ketat. Oleh security diarahkan nemui mbak petugas berpakaian kebaya, diinfokan hotel fully booked tidak bisa menerima tamu sampai gelaran usai dan tamu dari luar tidak boleh masuk karena protokol pandemi.

Ya sudah balik kanan ,sekalian observasi di sektor kuliner, bebek yang lejen itu. Apakah masih ikutan terdampak? pertanyaan standar yang melintas. Masuk resto, ternyata tidak diperbolehkan milih spot pinggir pantai yang menarik, sudah di booked oleh rombongan kata waitress. Makin siang makin ramai barengan jam makan siang.Terlihat rombongan, dari kaosnya adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) telekomunikasi dengan salah satu menteri yang kabarnya komisaris nampak dari kejauhan.

Berjalan menyusuri pantai pasir putih yang bersih yang menyatu dengan teras belakang kawasan hotel bintang. Cukup terik. Sambil menikmati deburan ombak yang pelan, di bawah tanaman peneduh yang di tata asri di pinggir pantai. Dari kejauhan nampak ibu-ibu bergegas menghampiri menawarkan barang dagangan dan jasa pijat.

Sepi Pak, jarang yang memanfaatkan jasa dan membeli dagangan. Sejak pandemi Bulenya sedikit tambahnya. Sudah mulai ramai sebenarnya cuman tidak seperti sebelum pandemi. Ntah kapan. Rupanya tidak hanya perhotelan, support system- nya ikut terimbas juga.Ah.

Kami antar ke room ya Pak, Bu. pinta resepsionis resort ternama di kawasan nusa dua.OK Lah.Setelah di bukakan pintunya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Surabaya Capai 615 Kasus, 75 persen Gejala Ringan

Kami berikan kamar junior suite ini sebagai compliment dari kami. Kami upgrade dari pesanan bapak sebelumnya .pungkasnya. Surprise juga. Karena tentunya, kita juga mengencangkan ikat pinggang di masa pandemi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sayang jika mengeluarkan uang jutaan per malam untuk menginap di hotel. Rupanya ini strategi fihak hotel untuk struggle,tetap mengedepankan layanan sebagai senjata utamanya. Karena bisnis hotel adalah bisnis layanan.Diharapkan efek echoing , getok tular, pelanggan memberikan review positif pada market place layanan pesan hotel / travel seperti Agoda, Tiket.com,Traveloka dan lain lain.

Sekilas occupancy rate resort ini cukup bagus, Tamu cukup banyak bersliweran di lobby.Konfirmasi dari resepsionis untuk week end lumayan banyak , walau tidak seramai sebelum pandemi. Namun dibandingkan dengan hotel pertama yang dikunjungi di kawasan Jimbaran , ini sangat berbeda.Meskipun keduanya saya pesan via market place layanan travel. Sepertinya kawasan /lokasi wisata mempengaruhi animo staycation.

Getaran 3

Tidak kesampaian melintasi jalan pantai Kuta, pagi masih tergenang bekas banjir, Akhirnya lewat Legian. Ekspektasi akan melihat keramaian turis melewati trotoar di kiri kanan jalan saat lewat Legian menuju seminyak seperti 2 tahun lalu sebelum pandemi,minimal separuhnya tidak terpenuhi.Sepanjang legian toko masih banyak yang tutup. Malah sebagian dibiarkan terbengkalai cenderung rusak. Menurut Mas Taxi , itu fenomena biasa dan setidaknya mulai membaik akhir-akhir ini.

Malamnya mencoba jalan ke ikon kawasan pertokoan yang dulu selalu ramai sekali.Kuta Square. Setali tiga uang, tenant masih banyak yang tutup beberapa masih kuat bertahan.Bahkan raksasa ritel store ternama juga tidak beroperasi lagi. Adapula yang bertahan, dan bisnis restoran cepat saji menunjukkan tajinya ,masih cukup ramai. Mas-mas Ojol mewarnai resto ini. Tanda survive.

Menarik untuk dianalisa sebenarnya, mengapa bisnis ini bisa bertahan dengan kuat, disaat hotel sekitarnya terdampak? Hm, Covid 19 memang menyerang telak sendi ekonomi,tanpa sempat kita menyerang balik. Seperti sepak bola akan mudah kebobolan, perlu istirahat ditengah durasi.Pasang strategi lagi, untuk melanjutkan perjuangan di babak kedua.

Selamat Siang Pak, selamat datang di hotel kami,termasuk bapak ada 2 kamar yang disewa , kata resepsionis menjawab keingintahuanku. Hotel berbintang 4 ini mendapatkan review yang bagus di aplkasi travel , memang lokasinya luar biasa, dimana di teras belakang langsung akses ke pasir pantai seminyak.

Berlawanan dengan tingkat hunian, cafe sekitar pantai saat sore jelang maghrib mulai ramai, menyiapkan tempat duduk warna warni dengan payung . Pengunjung memenuhi beberapa cafe tersebut sambil memandang pantai. Nampaknya mereka sunset seeker. Penikmat matahari tenggelam di Pantai Seminyak.

Baca Juga: UMKM Sudah Kerja Sama dengan 40 persen Hotel di Surabaya

Jalan pagi menelusuri sepanjang Jalan sekitar Seminyak, Toko kiri kanan masih lumayan yang tutup dan memang nampaknya tidak dibuka. Yang kelihatan keluar masuk pembeli , hanya mini market khas dan banyak di temui di Bali tidak di jawa . Circle K. Memang bisnis mini market ini awet dan survivor selama pandemi. Memasuki pasar kecil dipengkolan jalan, ketemu penjaga Bli penjaga Toko souvenir .

Hanya 2 Toko saja yang buka cukup lama.Sepi, Tidak tahu kapan ramai lagi.Apalagi ada info varian baru lagi, Omicron, Pungkasnya. Toko souvenir kecil termasuk support system yang merasakan langsung minimnya tingkat hunian hotel. Bagaimana toko souvenir yang besar, tidak sepi banget namun sama berkurang banyak pengunjungnya.

Nampaknya pandemi mengajarkan banyak hal , mengutamakan 1 sektor andalan seperti pariwisata tidaklah cukup. Ketika terpukul keras maka seluruh stake holder ikut merasakan. Pertumbuhan ekonomi Bali yang minus 9.43 persen tahun 2020 adalah indikatornya yang membuat mengelus dada.

Setelah pandemi, tentunya ada tantangan baru, budaya new normal life seperti menghindari kerumunan massa akan menghalangi turis untuk ikut berkumpul dan kontak erat.Bisa dirasakan memang: menantang? Iya , tapi sulit? Tidak. Akankah Pariwisata dan diversifikasi sektor ekonomi berbasis green economy menjadi jawaban kedepannya ?

Orang optimis melihat bunga mawar bukan durinya. Orang pesimis fokus pada duri mengabaikan bunganya ( Khalil Gibran)

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU