Anak Muda Rentan Melakukan Self Injury, Ini Dia Penyebabnya

author Mei Nurkholifah

- Pewarta

Jumat, 25 Feb 2022 18:40 WIB

Anak Muda Rentan Melakukan Self Injury, Ini Dia Penyebabnya

i

Anak Muda Rentan Melakukan Self Injury, Ini Dia Penyebabnya

Optika.id - Self injury atau self harm merupakan kelainan psikologis dimana seseorang dengan sengaja melukai diri sendiri, Jumat (25/2/2022).

Aktivitas self injury dapat berupa mengiris, mengiris, melukai, membakar kulit, dan mememarkan tubuh. Pada tingkat yang lebih akut, penderita dapat mematahkan tulang mereka sendiri dan menyuntikkan racun ke dalam tubuh.

Baca Juga: Kondom Masih Dianggap Tabu, Kemenkes: Sudah Terdaftar, Penting Buat Tekan HIV!

Dengan kata lain, self injury merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan seseorang untuk mengatasi rasa sakit secara emosional, kekosongan diri, kesepian. Dengan melukai diri sendiri.

Maka seseorang merasa rasa sakitnya berkurang, meskipun ia sadar bahwa itu hanya untuk sementara. Karena pelaku menikmati tindakan tersebut, maka self injury dilakukan secara berulang dan menyebabkan kecanduan.

Tindakan self-injury dapat didasari oleh alasan yang beragam. Biasanya, tindakan ini dilakukan sebagai mekanisme koping (coping) atau upaya untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 

Tindakan self-injury juga bisa dilakukan karena seseorang ingin merasakan sakit yang nyata secara fisik untuk menutupi rasa sakit emosional mereka. Dengan kata lain, self-injury merupakan tindakan untuk mengalihkan seseorang dari rasa sakit lain yang sedang dirasakan.

Beberapa Tipe Self Injury

  1. Major Self Mutilation

Merupakan tindakan melukai diri yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, di mana kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki seperti semula.

  1. Stereotypic Self Injury

Tipe ini bersifat berulang. Contoh tindakan yang dilakukan antara lain mengiris tangan, membenturkan kepala, membuat lebam. Penderita tipe ini memiliki kelainan saraf seperti autism atau tourette syndrome.

  1. Superficial Self Mutilation

Tipe ini adalah tipe yang paling banyak dilakukan. Superficial Self Mutilation terbagi lagi menjadi 3 subtipe, antara lain kompulsif, repetitif, dan episodik. Pada tipe kompulsif, biasanya dilakukan bukan untuk mencapai pelepasan tapi lebih sebagai kompulsi.

Baca Juga: Selain Melindungi dari Paparan Sinar Matahari, Apa Saja Manfaat Sunscreen?

Sedangkan pada Repetitif, self-injury sudah dianggap sebagai bagian yang krusial dalam kepribadian pelaku. Dan Episodik lebih kepada episode dimana self-injury bermanifestasi pada waktu-waktu tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setiap orang sebenarnya dapat menumbuhkan kecenderungan untuk melukai dirinya. Dilansir Healthline, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kecenderungan self-injury, yakni:

  • Usia. Perilaku ini lebih banyak terjadi saat remaja dan dewasa usia muda. Ini karena masa remaja adalah masa yang penuh konflik dan emosi. Sayangnya, masih banyak remaja yang sulit dan bingung bagaimana menghadapi berbagai masalah tersebut.
  • Jenis kelamin. Perempuan maupun laki-laki dapat memiliki kecenderungan ini, tetapi diyakini bahwa anak perempuan lebih sering melakukan self-injury daripada anak laki-laki.
  • Trauma. Trauma seperti pernah dilecehkan, dibesarkan di lingkungan yang kurang baik, ditelantarkan, atau trauma lain berpotensi lebih besar mengembangkan kecenderungan self-injury.
  • Identitas. Krisis identitas dan kebingungan akan jati diri atau seksualitas juga bisa mendorong kecenderungan self-injury.  
  • Lingkaran sosial. Memiliki teman yang juga melakukan self-injury dapat mendorong perilaku yang sama. Adanya tekanan dari teman sebaya mungkin juga mempengaruhi tindakan ini untuk berkembang. Selain itu, kesepian dan kurang bersosialisasi juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab.
  • Gangguan kesehatan jiwa. Orang dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD) juga lebih rentan melakukan self-injury.
  • Penyalahgunaan obat terlarang atau alkohol. Orang yang mengonsumsi obat terlarang atau alkohol juga lebih berpotensi melakukan self-injury.

Kecenderungan self-injury bisa diatasi dengan cara yang tepat. Menemui dokter dan berkonsultasi mengenai hal ini merupakan langkah yang baik. Melakukan evaluasi kesehatan mental akan membantu menemukan akar permasalahan kondisi ini.

Sebenarnya tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan perilaku ini. Akan tetapi, bila ada indikasi gangguan kesehatan mental, maka pengobatan terkait gangguan tersebut dapat menjadi perawatan yang tepat.

Metode perawatan yang utama adalah terapi bicara (psikoterapi) dengan tujuan untuk:

Baca Juga: Komitmen Pengendalian Tembakau Masing-Masing Capres Dipertanyakan

  • Mengidentifikasi pemicu.
  • Mempelajari metode mengelola emosi dan mentoleransi stres.
  • Mempelajari cara mengganti perilaku tidak sehat dengan yang positif.
  • Memperbaiki kemampuan membangun relasi.
  • Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
  • Meningkatkan citra diri.
  • Berdamai dengan peristiwa traumatis di masa lalu.

Terapi kelompok atau terapi dengan keluarga juga sering direkomendasikan dokter. Kemudian, pada kasus mereka yang telah memiliki pikiran untuk bunuh diri, rawat inap jangka pendek dapat membantu.

Kecenderungan self injury atau self-harm dapat terjadi pada siapa saja karena berbagai kondisi yang memicunya. Pahami bahwa tindakan ini berisiko menimbulkan luka fatal, bahkan dapat menyebabkan kematian karena cedera yang tidak disengaja.

Reporter: Mei Nurkholifah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU