Akibat Meroketnya Harga Minyak Goreng, Masyarakat Rugi Rp 3,38 Triliun!

author Seno

- Pewarta

Minggu, 13 Mar 2022 14:34 WIB

Akibat Meroketnya Harga Minyak Goreng, Masyarakat Rugi Rp 3,38 Triliun!

i

images - 2022-03-13T073129.813

Optika.id - Akibat krisis kenaikan harga minyak goreng, Lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) memperkirakan kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat mencapai Rp3,38 triliun. Kerugian ini adalah akumulasi dari selisih harga rata-rata minyak goreng pada periode April 2021-Januari 2022 dibandingkan dengan sebelumnya.

[caption id="attachment_18711" align="alignnone" width="300"] Antrean minyak goreng mengular. (Google)[/caption]

Baca Juga: 'Minyak Makan Merah' Bakal Diproduksi Januari 2023, Katanya Bakal Lebih Murah

Dalam riset kebijakan Ideas, estimasi kerugian masyarakat diperoleh dengan menjadikan harga rata-rata minyak goreng pada periode Januari-Maret 2021 sebagai harga acuan harga normal. Akumulasi kerugian sendiri berasal dari dua periode, yakni pada April-September 2021 sebesar Rp980 miliar dan Oktober 2021-Januari 2022 sebesar Rp2,4 triliun.

Jika selama periode kelangkaan minyak goreng setelah 19 Januari 2022 (setelah penetapan harga Rp14.000 per liter) masyarakat mempertahankan konsumsi minyak goreng dengan membeli pada harga yang lebih tinggi, maka kerugian masyarakat akan makin besar, tulis Ideas dalam riset yang dikutip Optika.id, Minggu (13/3/2022).

Konsumsi minyak goreng nasional diperkirakan mencapai 3,3 miliar liter pada 2021. Konsumsi per kapita per tahun mencapai 12,3 liter, sementara pengeluaran per tahun masyarakat untuk membeli minyak goreng diperkirakan mencapai Rp43 triliun atau Rp156.000 per kapita per tahun.

Ideas mencatat, kelas menengah merupakan kelompok yang mendominasi konsumsi minyak goreng nasional dan paling terdampak kenaikan harga.

Kelompok dengan pengeluaran per kapita per bulan di kisaran Rp1 juta-Rp3 juta, yang merupakan 40,7 persen populasi Indonesia, menyumbang sampai 46,4 persen konsumsi minyak goreng nasional atau sekitar 4,23 juta liter per hari atau 1,52 miliar liter per tahun. Kelompok ini mengalami kerugian sekitar Rp1,57 triliun.

Kelompok berpengeluaran Rp400.000 per kapita/bulan sampai Rp1 juta per kapita/bulan menjadi penyumbang konsumsi terbesar dengan persentase 42,2 persen dari total konsumsi. Dengan konsumsi mencapai 1,39 miliar liter per tahun, potensi kerugian kelompok ini menyentuh Rp1,43 triliun.

Sementara berdasarkan wilayah, kerugian ekonomi terbesar dari harga tinggi minyak goreng dialami oleh konsumen rumah tangga di Jawa. Denan konsumsi 5,1 juta liter per hari, masyarakat di Jawa menanggung kerugian sebesar Rp1,99 triliun.

Kerugian terbesar kedua dialami konsumen rumah tangga di Sumatra yang konsumsi total per harinya mencapai 2,5 juta liter. Kerugian diestimasi mencapai Rp850 miliar selama April 2021-Januari 2022.

Sementara itu, total kerugian yang dirasakan konsumen di wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali Nusa Tenggara, Maluku dan Papua diestimasi mencapai Rp540 miliar.

[caption id="attachment_18710" align="alignnone" width="300"] Antrean minyak goreng di sebuah minimarket. (Google)[/caption]

Mengutip data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP), harga rata-rata minyak goreng curah secara nasional berada di level Rp16.000 per liter, turun 4,78 persen dibandingkan dengan harga rata-rata sebulan lalu. Namun harga ini telah naik 26,98 persen dibandingkan dengan rata-rata harga Maret 2021.

Pemerintah sejauh ini telah menetapkan kebijakan harga khusus atau domestic price obligation (DPO) untuk kebutuhan dalam negeri yang menyasar 30 persen produk CPO dan minyak olein yang diekspor. Lewat kebijakan domestic market obligation (DMO), 30 persen bahan baku minyak goreng rumah tangga dan konsumsi usaha kecil harus dijual dengan harga di bawah harga internasional, yakni Rp9.300 per kg untuk CPO dan Rp10.300 per kg untuk minyak olein.

Antre Minyak Goreng Sejak Subuh

Ratusan warga Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, rela antre sejak waktu salat Subuh, pukul 05.00 WIB demi mendapatkan minyak goreng curah pada pasar murah yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Inhil di lapangan Upacara Gajah Mada Kota Tembilahan, Sabtu (12/3/2022). Tingginya animo masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng murah di tengah kelangkaan membuat jumlah antre membludak hingga ke luar pagar lapangan.

Padahal pasar murah yang digelar bekerjasama Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau, Disperindag Inhil dan Polres Inhil itu baru mulai digelar pada pukul 08.00 WIB. Tak hanya itu, masyarakat yang mengantri bahkan berasal dari luar Kota Tembilahan. Sejumlah masyarakat bahkan meminta untuk bisa dapatkan lebih minyak goreng daripada jatah yang ditetapkan yakni lima kilogram/KK.

Kita berharap kegiatan seperti ini bisa diadakan terus, tapi untuk keperluan pribadi bukan untuk dijual lagi, ucap Anggi warga mendapatkan minyak goreng murah.

Melihat tingginya minat masyarakat, Ketua Kadin Inhil, Edy Indra Kesuma berinisiasi menggelar kembali pasar minyak goreng murah untuk masyarakat.

Baca Juga: Kejagung Segera Sidangkan Kasus Korupsi Ekspor CPO Minyak Goreng

Jika mendapatkan dukungan pihak kepolisian, Pemerintah akan kita gelar kembali kalau tidak halangan minggu depan. Masyarakat yang ingin memperoleh minyak goreng curah ini bisa membawa kartu keluarga (KK) dan kartu vaksinasi," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di Kendari, Harga Minyak Goreng Tembus Rp70.000 per liter

Harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional di Kendari, Sulawesi Tenggara, terus merangkak naik hingga menembus Rp70.000 per liter, yang menjadi kenaikan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

"Ini sudah harga gila-gilaan, dan sangat aneh sekali karena daerah kita selain penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, juga produk kelapa ditemukan di mana-mana, tapi anehnya kok minyak goreng langka," kata Kiki (34), salah seorang ibu rumah tangga di Kendari dilansir bisnis.com, Jumat (11/3/2022). Menurut Kiki, selama sepekan terakhir ini ibu-ibu kesulitan mencari minyak goreng dan kalaupun ada pihak distributor yang menjual sangat terbatas serta harus antre berjam-jam baru bisa mendapatkan 1-2 liter.

Dia mencontohkan warga di Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Baruga, Kendari, harus antre di sebuah gudang milik distributor minyak goreng untuk mendapatkan dua liter minyak goreng dalam kemasan merek tertentu. Dengan syarat harus menyetor kartu identitas diri (KTP) sehari sebelum mendapatkan minyak goreng. Pedagang di Pasar Korem Ibrahim juga mengungkapkan, stok minyak goreng di wilayahnya sempat kosong dalam tiga pekan terakhir. Setelah stok tersedia harganya malah melambung tinggi.

"Merek Sania, Sanco, Bimoli, Rp135 ribu ukuran 2 liter," tutur Ibrahim dikutip dari Tribunnews Sultra, Sabtu (12/3/2022).

Ibrahim berpendapat harga minyak goreng yang tinggi karena didapat dari luar Kota Kendari, bukan dari distributor langsung.

"Kalau bukan dari luar dapat kiriman akan susah ini Kota Kendari karena sudah 3 minggu ini sempat kosong," tuturnya.

Meski sudah menghubungi pihak distributor minyak goreng di Kota Kendari, Ibrahim mendapat jawaban bahwa stok minyak sedang kosong. Di Pasar Baruga harga serupa juga terjadi.

Salah seorang pedagang, La Ode Arifin (49), menuturkan, harga minyak goreng 2 lier dijual Rp120 ribu. Sedangkan, harga per liternya Rp 60.000. Menanggapi kelangkaan minyak goreng, pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) minta masyarakat di ibu kota Provinsi Sultra ini agar melapor jika menemukan adanya oknum, baik dari pihak distributor maupun agen minyak goreng, yang sengaja melakukan penimbunan.

Baca Juga: Kasus Minyak Goreng Langka, KPPU Tingkatkan Pemberkasan 27 Perusahaan Nakal

Disperindag Bali Akui Harga Minyak Goreng di Atas HET

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali mengakui hingga saat ini di daerah setempat masih banyak pengecer yang menjual minyak goreng di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

"Sebenarnya dari sisi ketersediaan sudah cukup, permasalahannya jika pengecer tradisional yang memperoleh minyak goreng dalam rantai distribusi yang panjang," kata Kepala Disperindag Provinsi Bali I Wayan Jarta di Denpasar seperti dilansir Antara, Minggu (13/3/2022).

Dengan rantai distribusi yang panjang, lanjut dia, maka kemungkinan harga jual di tingkat konsumen menjadi melampaui harga eceran tertinggi.

Selain itu, ada juga yang ingin mendapatkan margin tinggi sehingga walaupun sudah mendapat minyak goreng di bawah HET, mereka menjualnya tetap di atas HET.

Di sisi lain, terkait dengan kelangkaan minyak goreng kemasan yang masih terjadi, kata dia karena seringkali masyarakat ketika mendengar di satu toko ada minyak sesuai HET, lalu dikejar sedemikian rupa, meskipun belum tentu membutuhkan dengan volume tertentu.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU