Akar Masalah Kebocoran Data Pribadi, Tanggung Jawab Kemenkes?

author Haritsah

- Pewarta

Sabtu, 04 Sep 2021 22:32 WIB

Akar Masalah Kebocoran Data Pribadi, Tanggung Jawab Kemenkes?

i

Kemenkes-Klaim-Data-Pengguna-eHAC-Tidak-Bocor

Menteri Komunikasi dan Informatika Jhonny G. Plate buka suara soal kebocoran data e-HAC, menurutnya persoalan ini harus meminta konfirmasi Kemenkes (Kementrian Kesehatan). Karena menurutnya data vaksinasi yang ada pada Peduli Lindungi berada dalam pusat data Kominfo diklaim aman.

"Sebaiknya dengan Kemenkes saja sebagai wali data. Integrasi eHac ke aplikasi Peduli Lindungi dan migrasi aplikasi PL, Pcare, dan Silacak ke data center Kominfo baru saja dilakukan. Saat ini data Peduli Lindungi di DC Kominfo aman. Ada baiknya menunggu rilis resmi dari Kemenkes sebagai wali data Covid-19,"

Sementara pihak Kemenkes sendiri buka suara soal terjadinya kebocoran data dengan memberikan solusi melakukan uninstall aplikasi e-HAC. Sementara Pengamat Keamanan Siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya  menanggapi pernyataan kemenkes sebagai langkah yang lucu, memberikan saran kepada orang yang tidak melek teknologi.

"Ini langkah lucu, mungkin Kemenkes berpikir masyarakat umum bisa menolerir udah di-unistall selesai," kata Alvons, dalam program Profit, Rabu (1/9/2021). Dia mengatakan langkah itu mungkin akan dipahami oleh pihak yang tidak mengerti. Sementara orang yang mengerti teknologi informasi akan menganggapnya lucu.

Selain itu pihak Kemenkes juga melempar permasalahan tersebut ke pihak mitra atau developer e-HAC, Alvons mengatakan kalau permasalahan kebocoran data adalah kesalahan semua pihak. Menurutnya semua pihak yang berperan dalam pengelolaan data harus belajar untuk bertanggung jawab.

Meski yang salah adalah mitra atau pihak lain, harus dilihat bertanggung jawab adalah Kementerian Kesehatan. Menurut Alfons harus sportif untuk mengakui kesalahan atas kejadian itu.

Kasus kebocoran data pribadi beberapa tahun kebelakang memang sudah sering terjadi, terdapat enam kasus data yang bocor di internet.

  1. Kebocoran data BPJS Kesehatan (2021)

Pada Mei 2021, data sejumlah peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dijual di Raid Forums seharga 0,15 Bitcoin .

  1. Kebocoran data Cermati dan Lazada (2020)

Kasus kebocoran data dari dua perusahaan itu beredar di situs Raidforums pada akhir tahun 2020. Di dalamnya, ada data yang diperjualbelikan dari cermati.com sebanyak 2,9 juta pengguna yang diambil dari kegiatan 17 perusahaan, sebagian besar kegiatan finansial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

  1. Penjualan data nasabah BRI Life (2021)

Sempat ramai beredar di media sosial ihwal dugaan penjualan data dua juta nasabah BRI Life dengan harga $7.000 atau sekitar Rp 101,6 juta. Unggahan tersebut dibeberkan akun Twitter @HRock.

  1. Kebocoran data Tokopedia (2020)

Pada Mei 2020 ramai jutaan akun pengguna e-commerce Tokopedia diduga telah bocor. Bahkan, pemilik akun twitter @underthebreach menyebut aktor peretas telah menjual database Tokopedia sejumlah 91 juta akun seharga US$ 5.000 di darkweb. Adapun pihaknya mengklaim aksi peretasan telah dilakukan sejak Maret 2020.

  1. Kebocoran data Komisi Pemilihan Umum (2020)

Peretas mengklaim telah membobol 2,3 juta data warga Indonesia dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Informasi itu datang dari akun @underthebreach, Kamis malam 21 Mei 2020.

  1. Kebocoran data e-HAC (2021)

Kebocoran data e-HAC adalah kasus terbaru dari masalah kebocoran data yang meretas NIK dan sertifikat vaksin, sehingga setiap orang bisa menyalahgunakan sertifikat vaksin seseorang selama mengetahui nomor induk KTP

Enam kali kasus kebocoran data seharusnya pemerintah melakukan evalusasi, memperkuat keamanan pusat data. Agar kejadian seperti ini tidak menjadi masalah yang berlarut - larut

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU